ABU AL-KALAM AZAD
Sejarah Islam Periode Modern II
Disusun oleh:
Muhammad Ainur Ridlo
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Periode
modern merupakan zaman kebangkitan umat Islam. Jatuhnya Mesir ke tangan Barat
mengingatkan dunia Islam untuk bangkit dari kelemahannnya dan menyadarkan umat
Islam dari hidup kemegahan masa lalu dan di Barat telah timbul peradaban baru
yang lebih tinggi dan menjadi ancaman bagi Islam.
Para pemuka
agama mulai memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam
kembali. Di periode modern ini timbul ide-ide pembaharuan dalam Islam.
Diantaranya di India, para pemimpin Muslim India berpikir dengan pikiran
yang baru lain dari kehidupan dan pemikiran orang-orang sebelumnya. Di antara
sekian banyak tokoh pembaharu muslim di India nama Abu Al-Kalam Azad juga
merupakan salah satunya, Ia berusaha memperjuangkan Nasionalisme India.
B.
Rumusan Makalah
Dari
latar belakang diatas, pemakalah merumuskan masalah menjadi :
a. Siapa Abu Al-Kalam Azad?
b. Apa pembaharuan pemikiran Islam dari Abu
Al-Kalam Azad?
c. Bagaimana peran Abu Al-Kalam Azad dalam
memperjuangkan Nasionalisme India?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Abu Al-Kalam Azad
Lahir di
kota suci Mekkah pada tahun 1888 M. Ayahnya bernama Khairuddin Dihlawi yang
melarikan diri dari Delhi. Kemudian bermigrasi ke Saudi Arabia setelah gagalnya
pemberontakan Mutiny. Ibunya adalah putri seorang mufti Madinah, perempuan yang
meimiliki intelegensi tinggi dan seorang sarjana Arab.[1]
Pendidikan
pertama yang diperoleh di tempat kelahirannya dan pendidikan berikutnya di
Al-Azhar, Cairo. Setelah orang tuanya meninggal Azad pergi ke India dan menetap
disana. Dari pengetahuannya di Mekkah dan Cairo ia memperoleh pengetahuan
bahasa Arab dan Agama. Ia mendapatkan pengetahuan bahasa Inggris dan ilmu-ilmu
pengetahuan modern Barat, yang dipelajarinya atas usahanya sendiri.
Diamasa mudanya Abu Al-Kalam Azad adalah seorang yang gemar
membaca dan menulis. Diantara karya-karya yang diciptakan yaitu, tafsir Tarjuman Al-Quran dalam bahasa Urdu (karya terbaiknya), dan tiga
karya biografinya yaitu, Tazkira, Azad ki
Kahani Khud Azad Ki Zabani, dan India Wins Freedom. Dalam Abul Kalam Azad, An Intellectual and
Religious Biography, Ian Handerson Dauglas paling tidak menemukan karya Abu
Al-Kalam Azad berjumlah lebih kurang 135 karya. Yang terdiri dari 117 dalam
bahasa urdu, Persia, dan Arab. 12 karyanya berbahasa Inggris dan tersebar di
enam majalah.[2]
Masa mudanya memang diwarnai oleh pemikiran Islam yang kental
namun setelah memahami kondisi masyarakat India pada waktu itu, maka
berangsur-angsur ia mementingkan nasionalisme.[3]
Bahkan aktivitasnya yang menonjol justru di bidang politik. Ia mengeluarkan pada
tahun 1912 suatu majalah di Kalkutta yang bernama Al-Hilal. Di majalah inilah ia keluarkan ide-idenya mengenai agama
dan juga mengandung ide-ide politk. Dari semenjak muda ia telah memasuki
lapangan politik dan menggabungkan diri dengan Partai Kongres. Aktivitasnya di
dunia politik mebuat ia sering keluar masuk penjara. Di tahun 1923 ia di pilih
menjadi Presiden Partai Kongres tepat usianya 35 tahun. Tujuh belas tahun
kemudian, pada 1940 ia dipilih kedua kalinya sebagai Presiden. Selama hidupnya
ia selalu memegang jabatan penting di Partai Kongres, dan setelah India merdeka
ia pernah menjadi menteri pendidikan India. Abu Al-Kalam Azad meninggal
dunia di New Delhi pada 22 Februari tahun 1958.[4]
B. Pembaharuan
Pemikiran Islam Abu Al-Kalam Azad
Peranannya dalam lapangan dalam pemikiran pembaharuan
Islam kurang menonjola jika dibandingkan dengan kegiatannya dalam bidang
politik. Banyak penulis menyebut bahwa di masa mudanya ia adalah seorang
pan-Islamis dan kemudian berobah menjadi nasionalis India. Yang berpengaruh
kepada golongan intelegensia Islam India.
Pemikirannya
dalam bidang agama tidak seliberal pemikiran Ahmad Khan. Sebagai murid Sibli,
pembaharuannya terlihat bersifat moderat. Tujuannya seperti tersebut dalam
Al-Hilal ialah melepaskan umat Islam dari pemikiran-pemikiran abad
pertengahan dan taklid. Ia menganjurkan kembali kepada Al-Qur’an. Dan untuk
keperluan ini ia terjemahkan Al-Qur’an kedalam bahasa urdu dengan diberi
tafsiran. Al-Qur’an harus dipahami sebagaimana ia, terlepas pengaruh dari
pemikiran ahli hukum, sufi, teolog, filosof, dan sebagainya.[5]
Menurut Abu
Al-Kalam Azad, kemunduran umat Islam disebabkan oleh dogmatisme dan sikap
taklid, juga karena umat Islam tidak seluruhnya menjalankan ajaran-ajaran Islam
secara utuh dan komprehensif. Kebangkitan umat Islam menurut Azad dapat
diwujudkan dengan melepaskan paham-paham asing, juga dengan melaksanakan ajaran
Islam dalam segala bidang kehidupan umat Islam. Juga tidak lupa menurut azad
kekuatan umat Islam akan timbul kembali dengan memperkuat tali persaudaraan dan
persatuan umat Islam di seluruh dunia. Dalam hal ini Abu Al-Kalam Azad sangat
kagum kepada Jamaludin Al-Afghani.[6]
Dalam hal ini disimpulkan dalam satu surat yang kemudian ia terbitkan di
halaman Al-Hilal;
“Gerakan Aligarth telah melumpuhkan umat Muslim.
Tujuan yang sebenarnya adalah
meningkatkan Pan-Islamisme yang merupakan dasar sebenarnya dan penghubung bagi kemajuan dan pembaruan
Islam. Dan untuk masalah ini selamanya
tidak akan ada kesepakatan yang lebih baik daripada yang kita peroleh sekarang ini. Dewasa ini
tidak ada gerakan lokal atau nasional yang menguntungkan
umat Muslim, bahkan sekalipun gerakan itu merupakan omongan besar dari Universitas Aligarh. Selama seluruh dunia
Islam tidak bersatu dalam ikatan
internasional dan universal, bagaimana kelompok- kelompok kecil dapat membantu empat ratus juta umat Muslim?”.[7]
Disamping mengungkapkan kekaguman terhadap
Al-Afghani, pernyataan diatas menampilkan sosok Abu Al-Kalam Azad yang tidak
segan untuk mengkritik tokoh dan pergerakan lain. Intinya, dalam
kepemimpinannya Muslim memang menerima sebuah nasionalis ganda; identitas
sebagai warga Muslim sekaligus sebagai warga India.[8]
C.
Abu Al-Kalam Azad Dan
Nasionalisme India
Kedatangan
Inggris pertama kali ke India adalah dalam rangka perdagangan, namun lama
kelamaan orientasi tersebut berubah membuat mereka ingin menguasai India.
Ambisi ini tercapai ketika Inggris secara keseuruhan menaklukkan India. Sebagai
Nasionalis India Abu Al-Kalam Azad mengajak umat Muslim untuk melawan
kolonialisme dan ketidakadilan. Ia menjelaskan bahwa antara Islam dan
nasionalisme itu tidak bertentangan.
Munculnya
sikap nasionalis Abu Al-Kalam Azad disebabkan oleh keinginannya untuk
bekerjasama dengan dengan kelompok Hindu untuk membebaskan tanah airnya dari
perbuadakan kolonialisme. Ia berpendapat bahwa umat Islam harus ikut berjuang
untuk memperoleh hak dan kemerdekaan. Untuk mencapai tujuan mutlak diperlukan
persatuan dan kesatuan seluruh bangsa India agar terciptanya suatu kekuatan
agar mampu menghadapi penjajahan yang sudah sekian lama membelenggu.[9]
Dikatakan
bahwa tujuan Al-Hilal antara lain
ialah menggerakkan umat Islam India untuk bangkit melepaskan diri dari
kekuasaan asing. Namun banyak diantara umat Islam yang tidak sefaham dengan dia
tentang nasionalisme India dan politik bersatu dengan mayoritas umat Hindu
dalam satu Negara.
Pada
tahun 1929 dibentuk Kelompok Nasionalis Islam yang diketuai oleh Abul Kalam
sendiri. Tujuan kelompok adalah membangkitkan jiwa patriotisme di kalangan umat
Islam India dan mencari penyelesaian tentang perbedaan faham dan tujuan antara
umat Islam dan Hindu. Namun,usaha tersebut tidak membawa hasil. Umat Islam
tidak bisa menghilangkan kecurigaannya setelah hasil pemilihan di Kongres tahun
1937, Hindu yang berkuasa di daerah-daerah. Sehingga umat Islam merasa
kedudukan mereka semakin terdesak. Meskipun demikian Abul Kalam tetap pada
pendirian dan perjuangannya untuk mencapai kemerdekaan India.[10]
Akhir dari yang di
cita-citakan Abu Al-Kalam Azad ketika tahun 1945 gerakan menuju sebuah negara
nasional Muslim tidak dapat dibendung karena memang upaya-upaya yang dilakukan
untuk menyatukan Hindu-Muslim dalam kesatuan selalu gagal seiring terjadinya
konflik di tingkat masyarakat. Kemudian pada 1947 Kongres menerima pemisahan
dan yang tersisa hanyalah permasalahan perbatasan. Pada 14 Agustus 1947
lahirlah negara Pakistan.[11]
Sehingga yang tercipta ialah apa yang diperjuangkan oleh umat Islam
non-nasionalis India.[12]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Abu Al-Kalam Azad dilahirkan di Makkah, pada tahun 1888 dan meninggal di New Delhi pada
tahun 1958. Ia mendapatkan pendidikan Agama dan bahasa Arab di Makkah dan
Al-Azhar Cairo-Mesir. Dan memperkaya diri dengan ilmu-ilmu modern termasuk
Bahasa Inggris secara otodidak di India.
Pada tahun 1912
Maulana Abul Kalam Azad membuat suatu majalah di Kalcutta
yang bernama Al-Hilal yang berisi
tentang ide-ide pemikirannya tentang Islam, juga berisi pikiran dan sindiran
politik terhadap Inggris. Pembaharuan
pemikiran Islam Abu Al-Kalam Azad adalah agar umat Islam melepaskan diri
dari pemikiran-pemikiran abad pertengahan dan ketaklidan. Ketidaksukaannya
terhadap penjajahan Inggris membuatnya berfikir untuk mempertahankan Negara dan
mengusahakan kemerdekaan India, yang membuatnya berfikiran Nasionalis. Ia terlibat aktif di partai congress dalam
usahanya untuk kemerdekaan India. Ia berpendapat bahwa tidak harus membentuk
suatu pemerintahan, di perlukan rasa patriotism untuk melawan kolonial untuk
mencapai kemerdekaan. Umat Islam harus bersatu dengan saudaranya sesame manusia
melawan imperialisme Inggris. Karena Agama dan Negara tidaklah bertentangan.
Akan tetapi apa yang di upayakan tidaklah berhasil konflik antara umat Islam
dan Hindu sering terjadi di kalangan masyarakat. Sehingga Kongres menerima pemisahan
kemudian yang tercipta ialah apa yang diperjuangkan oleh umat Islam
non-nasionalis India.
0 Response to "MAKALAH ABU AL-KALAM AZAD"
Posting Komentar